Imron Mantan Napiter Poso Sayangkan Sekolah Tak Lagi Perkenalkan Pahlawan Nasional
Poso, SWARAQTA– Mantan Narapidana Terorisme (Napiter) Poso, Imron Labuan mengatakan, dunia pendidikan harus penting diberikan pemahaman tentang pejuang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena pahlawan kemerdekaan merupakan sejarah yang tak bisa hilang dan dilupakan.
Hal itu disampaikan langsung oleh mantan Napiter Poso Imran alias Imron Labuan alias Abu Zahra saat menjadi pemateri di kegiatan dialog kebangsaan dalam memperingati HUT Kemerdekaan Indonesia ke 77 tahun. Rabu (24/8/22).
Dialog kebangsaan yang berlangsung di salah satu cafe pantai penghibur, Kelurahan Bonesompe, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso, Sulteng mengambil tema “ Memperkokoh Peran Mahasiswa Dalam Menangkal Paham Radikalisme di Perguruan Tinggi”.
Imron dalam materinya menyampaikan, ketika mencintai NKRI kita harus mengetahui sejarah para pahlawan nasional yang telah berjuang melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan.
“Kalau kita mencintai negara ini, kita harus hormati serta mengetahui sejarah para pahlawan,” ucapnya.
Mantan Napiter Poso itu menyayangkan, banyak anak-anak yang tidak lagi mengenal atau mengetahui para pahlawan bangsa.
Imron mencontohkan, di sekolah-sekolah saat ini tidak lagi terpajang foto-foto para pahlawan nasional, padahal para pahlawan bangsa telah berhasil merebut kemerdekaan RI.
“Banyak sekarang anak-anak yang tidak mengetahui pahlawan nasional, tidak ada lagi foto-foto pahlawan di sekolah, bahkan sekolah-sekolah tidak lagi memperkenalkan para pahlawan bangsa,” ungkapnya.
Kata Imron, mau jadi apa bangsa ini, ketika anak-anak tidak tahu lagi sejarah para pahlawan bangsa.
“Setelah saya berikrar NKRI, kita penting mencintai negara ini dengan menghormati para pahlawan. Kita berpikir kembali bagaimana dengan bangsa ini ketika anak-anak kita tidak lagi mengetahui para pahlawan bangsa yang memperjuangkan NKRI,” tegasnya.
Dialog kebangsaan ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Poso, diikuti sekitar empat puluhan peserta yakni Haji Amin Arsal selaku tokoh agama dan ketua PHC, Ustad Adi selaku pimpinan pondok pesantren Wali Songo, para mahasiswa serta para pengurus organisasi pergerakan.
Laporan : Ryan Darmawan
